Anda masih ingat lagu Kolam Susu yang dipopulerkan oleh grup musik Koes Plus pada 1973? Sepenggal liriknya berbunyi, bukan
lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupmu, tiada badai
tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu.
Lagu tersebut menyenandungkan pujian atas negeri yang serba ada ini.
Memang, tak bisa dipungkiri. Indonesia memiliki sumber daya alam
lengkap, mulai dari hasil pertanian, bahari, sampai tambang.
Namun,
kita juga tak bisa mengelak fakta, bahwa jika tak dimanfaatkan dengan
baik, kekayaan Nusantara bisa habis tanpa menyisakan keuntungan. Di
usianya yang telah lewat 70 tahun, banyak perubahan pada wajah maupun
alam Tanah Air kita.
Wilayah hutan berkurang drastis setiap
tahunnya. Area persawahan pun makin habis berganti pabrik atau menjadi
hunian bagi manusia.
Sementara itu, kekayaan sumber daya alam
Indonesia tak bisa lagi menjadi satu-satunya modal andalan untuk
bersaing dengan negara lain. Sumber daya manusialah yang harus
ditingkatkan untuk memanfaatkan potensi yang masih ada.
Pendidikan yang bersinergi Mau tak mau, jika
ingin terus maju, negeri ini membutuhkan strategi yang memberdayakan
keduanya. Karakter anak dibangun sejak dini dan diperkuat dengan life skill untuk menghadapi zaman yang terus berubah.
Dr. R. Indrajani, Deputi Direktur Program SEAMEO Regional Centre for
Qitep in Science, mengatakan bahwa pendidikan harus memiliki pola baru.
Siswa tak lagi hanya menjadi pendengar pasif, tetapi juga aktif terlibat
dalam setiap pembelajaran.
"Kita harus mulai menerapkan metode belajar problem based learning,
yaitu siswa tidak hanya disuguhkan suatu masalah, namun juga dirangsang
untuk mempelajari apa masalah itu sebenarnya, alasan terjadinya, dan
bagaimana cara menyelesaikannya," ujar Indrajani kepada Kompas.com, Minggu (4/10/2015), Jakarta.
"Metode itu dilengkapi juga dengan project based learning.
Pengetahuan dan kemampuan siswa diasah melalui praktik langsung pada
akar masalah sehingga mereka dapat lebih memahami dan menyelesaikannya,"
tambahnya.
Kedua metode tersebut merupakan bagian dari Inquiry Based Science Education.
Siswa tidak hanya diajarkan teori, melainkan juga permasalahan di
sekitarnya. Misalnya, siswa sekolah di sekitar lahan hutan yang
terbakar. Mereka tidak hanya tahu adanya asap, tapi juga penyebab
munculnya dan cara menanggulanginya.
Menurut Indrajani, pendidikan juga sebaiknya tidak hanya terfokus pada
siswa. Lebih dari itu, peran orangtua harus disertakan di dalamnya.
Bagaimana pun, pendidikan pertama diperoleh anak di rumah dan
selanjutnya sekolah.
Tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kualitas guru serta
institusi pendidikan, seperti kepala sekolah, pengawas, dan sekolah.
Selain mengembangkan siswa, salah satu program dari SEAMEO Regional
Centre for Qitep in Science adalah memberikan pelatihan pada guru dan
insitusi pendidikan yang bertempat di dalam dan luar negeri mengenai
berbagai hal, termasuk pemakaian teknologi dalam belajar.
"Guru-guru
diperkenalkan dengan pembelajaran berbasis digital sehingga mereka
dapat mendampingi siswa untuk aktif menggali pengetahuan, misalnya lewat
internet. Jangan sampai guru tidak memahami bahwa hari ini informasi
berkembang cepat di sekitar siswa dan mereka bisa mendapatkannya dari
mana saja," ujar Indrajani.
Pelajaran berbasis digital pun akan diterapkan agar siswa dapat lebih
kreatif dan inovatif dalam belajar. Guru menjadi mentor yang
mengarahkan siswa pada ilmu pengetahuan, sedangkan siswa dilatih untuk
mampu memecahkan masalah sendiri.
"Kami mendidik siswa, guru, dan institusi membangun sebuah community learning management system.
Siswa tidak hanya belajar di kelas, namun juga mulai aktif membicarakan
masalah terkait pembelajaran di luar kelas. Mereka dapat selalu
bertukar informasi dan guru dapat terus membimbingnya,” kata Indrajani.
Lebih jauh mengenai informasi perkembangan pendidikan saat ini, Anda
bisa mendapatkannya pada seminar menyambut 'Perayaan 50 Tahun SEAMEO'
bertema "Penguatan Karakter dan Kemampuan Guru Indonesia Menuju
Masyarakat Global". Turut diselenggarakan pula pameran pendidikan yang
berlangsung pada 7-8 Oktober 2015 di komplek kantor Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, Senayan, Jakarta.
Pameran akan
diikuti oleh lembaga pendidikan dalam naungan SEAMEO Indonesia, seperti
pusat penelitian biologi tropika (SEAMEO BIOTROP), pusat pengajaran guru
dan tenaga pendidikan (SEAMEO QITEP), pusat penelitian makanan dan
nutrisi (SEAMEO RECFON), serta sekretariat SEAMEO (SEAMES).
sumber: kompas
0 comments:
Posting Komentar